Beritaku.com: Sejumlah bermarga Siregar baik masih tinggal di Sipirok sebagai kampong haman maupun yang sudah merantau seperti ke Medan, Aceh, Pekan Baru, dan Jakarta dan Bandung, merasa dilecehkan oleh Bupati Tapanuli Selatan Ongku P Hasibuan. Pasalnya, bupati yang masih ambisi untuk mencalonkan diri sebagai bupati periode 2010-2015 itu telah dua kali menyakiti hati masyarakat Sipirok, khsususnya yang bermarga Siregar.
Tindakan menyakitkan yang pertama dilakukan oleh Ongku P Hasibuan dengan segala kekuasaannya adalah terkait kegigihannya bersama konco-konconya menggagalkan Sipirok sebagai kabupaten baru (pemekaran). “Kenyataan ini, tentu akan menjadi sejarah tersendiri dan akan terus menjadi cerita secara turun-temurun beberapa generasi. Ya, itu mungkin saja terjadi,” ujar Ali Rahmat Siregar, putra Desa Padang Bujur, Sipirok, yang saat ini bertempat tinggal di
Cerita itu bisa terjadi turun temurun, kata dia, karena Ongku sebagai pemegang otoritas teringgi di Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan, di satu sisi telah menggagalkan Sipirok sebagai kabupaten pemekaran. Namun, di sisi lain dia berhasil pula menjadi wilayah Padang Lawas menjadi dua daerah pemekaran, yakni Padang Lawas Utara dan Padang Lawas Selatan.
Namun, sakit hati sebagian masyarakat bermarga Sipirok tidak sampai disitu. Ternyata, Ongku P Hasibuan hingga saat ini tidak merealisasikan Sipirok sebagai ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan. Bupati Ongku bahkan terkesan angkuh, karena tetap bersikeras berkantor di Padang Sidimpuan. “Sipirok menjadi kabupaten pemekaran atau menjadi ibukota kabupaten sesuai dengan undang-undang. Itu produk hukum. Akan tetapi, Bupati Ongku ternyata lebih tinggi kedudukannya dari pada produk hukum itu sendiri.
Sebagaimana diketahui Bupati Ongku saat ini sudah hamper habis masa jabatannya, karena pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Tapanuli Selatan akan digelar bulan Mei 2010. “Jadi, tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari Ongku P Hasibuan, tapi dia masih tetap mengharapakan dukungan dari masyarakat Sipirok, termasuk dari tokoh adat bermarga Siregar,” kata Ali Siregar.
Ali menyayangkan beberapa tokoh masyarakat Sipirok yang terus mendukung Ongku P Hasibuan untuk dicalonkan kembali sebagai Bupati Tapanuli Selatan periode 2010-2015. “Sebenarnya sudah banyak protes yang terjadi dari masyarakat Sipirok, tetapi para tokoh itu seolah tutup mata. Ini perlu dipertanyakan. Kita ini yang berasal dari Sipirok harus cinta Sipirok dan mau dilecehkan,” ujarnya.
Dia juga mengungkap bahwa sejarah Siregar dan Sipirok itu sangat panjang. “Marga Siregar dengan kelompoknya telah bermukim di Sipirok selama kurun waktu ± 17 generasi atau sekitar 450 tahun. Marga Siregar telah memasuki Luat Sipirok sejak akhir abad ke-13 atau awal abad ke-14, bersamaan dengan tengelamnya Dinasti Syailendra di Kerajaan Sriwijaya Palembang, dan atau pada permulaan timbulnya kerajaan Mojopahit di aliran Kali Brantas, Jawa Timur,” katanya.
Ali mengingatkan, dalam kurun waktu yang lama itu banyak peristiwa yang terjadi, mulai masa pendudukan Islam Bonjol (tingki ni Pidari) masuk ke Sipirok (permulaan abad ke-19) hingga pemerintah kolonial Belanda. Bahkan, Jatengger Siregar tikk ni Pidari memotong leher Sisingamangaraja X, demi sebuah harga diri. “Ini bedanya marga Siregar dengan marga lain di Sipirok. Ternyata Siregar sekarang malah seperti dilecehkan dan pengaruhnya tersisih di Sipiriok, bahkan ada yang menjadi antek-anteknya Bupati Ongku P Hasibuan,” katanya.
Comments :
Posting Komentar